Total Tayangan Halaman

Selasa, 27 November 2012

IKHTIOLOGI

Laporan Resmi Praktikum Ikhtiologi


Mengidentifikasi Struktur Morfologi Ikan

OLEH :
KELOMPOK 3

               Mas Bintang                                                 110302007
               Suria M. Sinaga                                            110302025
               Nanda Rizki                                                 110302035
               Yenni Ningsih                                              110302037
               Nurul Azmi                                                  110302069
               Amrullah Angga                                          110302075                 






MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

 












BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ikhtiologi merupakan salah satu cabang ilmu Biologi (zoologi) yang mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya. Studi tentang ikan (Ichthyology) telah berkembang sejak abad ke 18 meliputi beberapa cabang utama, antara lain: Klasifikasi, Anatomi evolusi dan genetika, Natural history dan Ekologi, Fisiologi dan Biokimia, Konservasi/Pelestarian. Di bidang ilmu ini keuntungan mempelajari hampir tak terbatas.
orang-orang yang mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan. Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin.
Dalam keluarga hewan bertulang belakang/vertebrata, ikan menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 species yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar. Ini sangat kontras jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah spesies burung yakni 9000 spesies, mamalia 4000 (manusia termasuk di dalamnya), reptile 5800, dan amphibi 3500 spesies.
Mereka bukan hanya dibedakan oleh jumlah spesies yang beragam, tetapi juga berbeda dalam berbagai ukuran dan bentuk. Mulai dari ikan yang berukuran kecil yang disebut Percid dari Amerika (Etheostoma microperca) yang dewasa secara seksual padaukuran 27 mm. Di samping itu ada juga jenis goby dari Pacifik (Eviota) yang bertelur pada ukuran kurang dari 15 mm. Ada pula yang berukuran raksasa seperti Hiu (Rhincodon) yang dapat mencapai panjang 21 meter dengan berat 25 ton atau lebih. Kebanyakan ikan berbentuk terpedo, walaupun beberapa diantaranya berbentuk flat dan bentuk lainnya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktikum yang kami lakukan adalah untuk mengetahui struktur tubuh ikan dan morfologi ikan.





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Bagian-bagian Tubuh Ikan
Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan dimana habitat ikan tersebut, ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi. Ukuran tubuh ikan. Ukuran standar yang dipakai  Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.
·         Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)
hingga ujung ekor.
·         Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.
·         Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla) hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).









2.2 Rangka dan Bentuk Tubuh
            Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan (Wahyuningsih dan barus, 2006).
Rangka ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau atau menyokong organ-organ tubuh. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tulang-tulang yang membentuk sistem rangka berkaitan dengan terhadap lingkungannya secara terus menerus (Rahardjo.dkk, 2011).
A.           Sirip
Sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan ada yang tidak. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubu disebut sirip tunggal atau sirip tidak berpasangan. Sirip dada dan sirip perut disebut sirip berpasangan. Macam macam sirip ekor dapat dibedakan berdasarkan bentuk sirip tersebut. Bentuk-bentuk sirip ekor yang simetris yaitu bentuk membulat,bentuk persegi atau tegak, bentuk sedikit cekung atau berlengkuk tunggal, bentuk bulan sabit, bentuk bercagak, bentuk meruncing dan bentuk lanset (Wahyuningsih dan barus,2006).
B.            Struktur Kulit
Kulit terdiri atas lapisan luar (epidermis) dan lapisan dalam yang disebut dermis (porium). Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat diseluruh permukaan tubuhnya. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air agar ikan dapat beranang lebih cepat, mencegah infeksi, menutup luka, sebagai lapisan semi permiable yang menghambat masuk keluarnya air melalui kulit (Rahardjo dkk, 2011).






2.3. Klasifikasi Ikan
            Klasifikasi ikan dibedakan menjadi tiga kelas utama berdasarkan taksonominya, yaitu:
·         Kelas agantha
Meliputi ikan primitif seperti lamprey, berumur 550 juta tahun yang lalu dan sekarang tinggal 50 spesies. Karakteristik ikan ini tidak memiliki sirip-sirip yang berpasangan tetapi memiliki satu dua sirip punggung dan satu sirip ekor.
·         Kelas chondroichthyes
Memiliki karakteristik adanya tulang rawan dan tidak mempunyai sisik , termasuk kelas primitif umur 450 juta tahun yang lalu dan sekarang tinggal 300 spesies. Misalnya ikan pari dan ikan hiu.
·         Kelas osteichthtyes
Meliputi ikan teleostei yang merupakan ikan tulang sejati, merupakan ikan kelompok terbesar jumlahnya dari seluruh ikan yaitu melebihi 20.000 spesies dan ditemukan pada 300 juta tahun lalu( Barus dan Hesti, 2006).

1. Ikan Gurami
Telurnya dilekatkan di tetumbuhan air atau ditaruh di sarang yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Gurami terutama adalah pemakan tumbuhan, namun mau juga memangsa seranggaikan lain, dan juga barang-barang yang membusuk di air. Dari sifatnya yang rakus tumbuhan itu, gurami juga dimanfaatkan sebagai pengendali gulma di kolam-kolam. Adapun klasifikasi gurami adalah:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygi
Famili: Osphronemidae
Genus: Osphrenomous
Spesies: Osphrenomous goramy



2. Ikan Sarden
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cluiformes
Famili: Clupeidae
Genus: Sardinella
Species: Sardinella sirm

3. Ikan Mas
Phylum : Chordata
Sub-phylum : Vertebrata
Classis : Osteichthyes
Sub-classis : Teleostemi
Ordo : Teleostei
Sub-ordo : Physestomi
Familia : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio
Varietas : Flavipinnae (Fatkhomi, 2009).

4. Ikan Lidah
Klasifikasi ikan lidah menurut Agbayani (2006) in fishbase.com adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Ordo                : Actinopterygii
Famili              : Cynoglissidae
Genus              : Cynoglossus
Spesies            : Cynoglossus lingua (Sari, 2006).



2.4. Habitat Ikan
Habitat ikan dibagi atas tiga tempat yaitu, di air tawar, di air laut dan di air payau. Habitat air tawar dibagi atas dua yakni, habitat air tergenang dan habitat air mengalir. Habitat air laut dibagi atas tiga lapisan zona yakni, zona epipelagik pada permukaan laut sampai kedalaman 100 meter, zona eufotik pada kedalaman 100 meter yang  masih terjadi fotosintesis, zona mesopelagik pada kedalaman 100 m sampai 2000 m dan zona batial pelagik pada kedalaman 2000 sampai 4000 m. sedangkan pada habitat payau adalah badan – badan air dimana air tawar dari air sungai bercampur dengan air asin dari laut (Fatkhomi, 2009).

1.   Ikan Gurami (Osphronemus goramy)
Gurami merupakan ikan yang hidup di perairan tawar maupun laut di seluruh dunia. Ikan Gurami (Osphronemus goramy) adalah sejenis ikan air tawar yang populer dan disukai sebagai ikan konsumsi di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di samping itu, di negara-negara lainnya gurami juga sering dipelihara dalam akuarium. Umumnya dikenal dengan nama gurami, ikan ini juga memiliki beberapa sebutan lokal seperti gurame ; grameh ; kalui ; ikan kali, dan lain-lain (Fatkhomi, 2009).
Gurami semula menyebar di pulau-pulau Sunda Besar (SumatraJawa, dan Kalimantan), namun kini telah dipelihara sebagai ikan konsumsi di berbagai negara di Asia (terutama Asia Tenggara dan Asia Selatan) serta di Australia. Di alam, gurami hidup di sungai-sungai, rawa dan kolam, termasuk pula di air payau; namun paling menyukai kolam-kolam dangkal dengan banyak tumbuhan. Sesekali ikan ini muncul ke permukaan untuk bernapas. Induk gurami, untuk beberapa waktu lamanya, menjaga dan memelihara anak-anaknya (Sari, 2006).

2.   Ikan Sarden (Sardinella sirm)
Sardinella adalah nama marga ikan, anggota suku Clupeidae. Beberapa spesiesnya di Indonesia dikenal dengan nama lemuru dan tembang, yang merupakan jenis ikan pelagis kecil yang cukup penting bagi perikanan. Karena lekas membusuk, ikan ini lebih banyak dijadikan ikan asinikan pindang, atau dikalengkan sebagai ikan sarden. Ikan yang berukuran kecil dan ramping, panjang tubuh sekitar 15 cm atau kurang, namun ada pula yang dapat mencapai lebih dari 20 cm. Lemuru biasanya hampir silindris, dengan tinggi tubuh (body depth) sekitar 25% panjang standar. Tembang bertubuh lebih lebar dan pipih, dengan tinggi tubuh sekitar 30% panjang standar. Sirip punggung berukuran sedang, di tengah tubuh, kira-kira sejajar dengan sirip perut. Sirip ekor berbagi dalam. Sisi bawah tubuh berlingir (berlunas tajam). Lemuru dan tembang sering ditemukan berenang dalam kelompok besar, dekat permukaan laut tidak jauh dari pantai atau pesisir (Rahardjo, 1980).

3.   Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Menurut Asmawi (1986), ikan Mas adalah salah satu jenis ikan peliharaan yang penting sejak dahulu hingga sekarang. Daerah yang sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini yaitu daerah yang berada antara 150 – 600 meter di atas permukaan laut, pH perairan berkisar antara 7-8 dan suhu optimum 20-25 oC. Ikan Mas hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak deras, baik di sungai danau maupun di genangan air lainnya (Jeffri, 2010).

4. Ikan Lidah (Cynoglossus lingua)
Menurut Hamilton (1882), Cynoglossus lingua memiliki nama lokal Ilat-ilat dan dijual secara komersial dalam bentuk segar dan kering asin, ukuran ikan lidah umum 25 cm. Cynoglossidae biasa hidup pada pinggir paparan benua, masuk ke Pantai Estuari dan Muara Sungai dapat ditangkap dengan alat beragam; Gill Net, Pukat Pantai dan Trawl. Ikan lidah tercatat ditemukan di wilayah Sumatera dan Kalimantan (Fatkhomi, 2009).
Ikan lidah merupakan jenis ikan demersal yang hidup di dasar perairan dengan substrat lumpur atau lumpur campur pasir, di muara – muara sungai, di perairan pantai, di perairan estuary dan laut. Sebagai ikan demersal ikan ini merupakan ikan bergerak lambat sehingga penyebarannya tidak terlampau jauh (Sari, 2006).
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal  28 September 2012 pukul 09.20 s.d. 11.00 WIB di Laboratorium Ikhtiologi, Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2  Alat dan Bahan
Alat–alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah berupa : cutter, kamera digital, penuntun ikhtiologi, dan alat–alat tulis. Bahan yang digunakan adalah : ikan dencis, ikan lidah, ikan mas, ikan mujair dan plastik.

3.3    Prosedur Praktikum
1.      Disiapkan terlebih dahulu plastik sebagai alas dari ikan yang diamati
2.      Dibagi menjadi dua bagian plastik tersebut.
3.      Diletakkan keempat ikan yaitu : ikan dencis, ikan lidah, ikan mas,, ikan mujair keatas plastik tersebut.
4.      Diamati satu persatu ikan yang terletak diatas plastik tersebut sampai keempat ikan tersebut selesai diamati.
5.      Dibuat penggolongan, bentuk tubuh dan bagian luar bentuk tubuh ikan yang diamati.
6.      Digambar salah satu ikan yang diamati ke dalam buku gambar lalu dibuat klasifikasi, penggolongannya, bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan yang diamati.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1     Hasil
1. Ikan Gurami (Ephronomous goramy)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa, ikan gurami memiliki sungut, tutup insang, sisik, sirip dada sepasang, sirip perut, sirip ekor, sirip punggung sirip anus, dan duri mata pisau. Tetapi, ikan gurami tidak memiliki duri pelindung, gurat sisi, finlet, scute, korselet, duri mata pisau dan keel. Ikan gurami memiliki bentuk tubuh bilateral simetris dan pipih, mata berada di kanan dan kiri, mulut merupakan tipe terminal dengan lubang hidung monorhinous dan kepala tumpul dan bersisik.

2. Ikan Sarden (Sardinella sirm)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa ikan sarden memiliki tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip dada sepasang, sirip perut, sirip punggung, sirip ekor, sirip anus, scute, keel dan duri mata pisau. Tetapi, ikan sarden tidak memiliki finlet, scute, dan korselet. Ikan sarden memiliki bentuk tubuh bilateral simetris dan torpedo, mata berada di kanan dan kiri, tipe mulut terminal dengan lubang hidung monorhinous, dan kepala lancip dan tidak bersisik.

3. Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa, ikan mas memiliki sungut, tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip dada sepasang, sirip perut, sirip ekor, sirip punggung sirip anus, dan duri mata pisau. Tetapi, ikan mas tidak memiliki duri pelindung, finlet, scute, korselet, duri mata pisau dan keel. Ikan mas memiliki bentuk tubuh bilateral simetris dan pipih, mata berada di kanan dan kiri, mulut merupakan tipe terminal dengan lubang hidung monorhinous dan kepala tumpul dan bersisik.



4. Ikan Lidah (Cynoglossus lingua)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa, ikan lidah memiliki tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip punggung, sirip perut, sirip ekor, dan sirip anus. Tetapi ikan lidah tidak memiliki sungut, sirip dada, finlet, keel, scute, korselet, duri mata pisau dan duri pelindung. Ikan lidah memiliki bentuk tubuh nonbilateral simetris dan pipih mendatar, mata hanya berada pada satu sisi, tipe mulut inferior dengan lubang hidung monorhinous, dan kepala tumpul bersisik.

3.2     Pembahasan
1. Ikan gurami
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa Ikan Gurami (Osphronemus goramy) adalah ikan gurami adalah ikan yang lebar dan pipih. Panjang tubuh (SL, standard length) ; panjang tubuh total (dengan sirip ekor) bisa mencapai 1.000 mm. Sirip perut dengan jari-jari pertama yang pendek berupa duri dan jari-jari kedua yang lentur panjang serupa cambuk. Ikan yang muda memiliki moncong yang meruncing, dengan 8-10 pita melintang (belang) di tubuhnya. Jika beranjak dewasa warna-warna ini memudar, dan kepala ikan akan membengkak secara tidak teratur. Hal ini sesuai dengan literatur Jeffri (2010) yang menyatakan bahwa panjang standar (SL) mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.
Dari hasil praktikum diperoleh bahwa ikan gurami memiliki bentuk tubuh bilateral simetris dan pipih, mata berada di kanan dan kiri, mulut merupakan tipe terminal dengan lubang hidung monorhinous dan kepala tumpul dan bersisik. Hal ini sesuai dengan literatur Anonymous (2012), bahwa Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri.

Dari hasil praktikum diperoleh bahwa ikan gurami memiliki sirip dada sepasang, sirip perut, sirip ekor, sirip punggung dan sirip anus. Hal tersebut sesuai dengan literatur Anonymous (2012), bahwa ikan gurami (Osphronemus gouramy  mempunyai sirip perut yang bermodifikasi menjadi alat peraba.

2. Ikan Sarden
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa  ikan sarden memiliki tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip dada sepasang, sirip perut, sirip punggung, sirip ekor, sirip anus, scute, keel dan duri mata pisau. Hal ini sesuai dengan literatur Wahyuningsih dan Barus (2006), bahwa anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip. Ikan dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya karena adanya sirip-sirip tersebut. Sirip ini ada yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang tunggal.
Sardinella adalah nama marga ikan, anggota suku Clupeidae. Beberapa spesiesnya di Indonesia dikenal dengan nama lemuru dan tembang, yang merupakan jenis ikan pelagis kecil yang cukup penting bagi perikanan. Karena lekas membusuk, ikan ini lebih banyak dijadikan ikan asinikan pindang, atau dikalengkan sebagai ikan sarden. Ikan yang berukuran kecil dan ramping, panjang tubuh sekitar 15 cm atau kurang, namun ada pula yang dapat mencapai lebih dari 20 cm. Lemuru biasanya hampir silindris, dengan tinggi tubuh (body depth) sekitar 25% panjang standar. Tembang bertubuh lebih lebar dan pipih, dengan tinggi tubuh sekitar 30% panjang standar. Sirip punggung berukuran sedang, di tengah tubuh, kira-kira sejajar dengan sirip perut. Sirip ekor berbagi dalam. Sisi bawah tubuh berlingir (berlunas tajam).
Ikan sarden memiliki bentuk tubuh torpedo dengan mulut yang terminal. Hal ini sesuai dengan literatur Sari (2006), bahwa Fusiform atau bentuk torpedo (bentuk cerutu), yaitu suatu bentuk yang sangat stream-line untuk bergerak dalam suatu medium tanpa mengalami banyak hambatan. Tinggi tubuh hampir sama dengan lebar tubuh, sedangkan panjang tubuh beberapa kali tinggi tubuh. Bentuk tubuh hamper meruncing pada kedua bagian ujung.

3. Ikan Mas (Cyprinus Carpio)
Berdasarkan hasil praktikum ikan Mas , ikan mas memiliki sungut, tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip dada sepasang, sirip perut, sirip ekor, sirip punggung sirip anus, dan duri mata pisau. Tetapi, ikan mas tidak memiliki duri pelindung, finlet, scute, korselet, duri mata pisau dan keel. Ikan mas memiliki bentuk tubuh bilateral simetris dan pipih, mata berada di kanan dan kiri, mulut merupakan tipe terminal dengan lubang hidung monorhinous dan kepala tumpul dan bersisik. Hal ini sesuai dengan literatur Jeffri (2010), bahwa Ikan Mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang, agak pipih, lipatan mulut dengan bibir yang halus, dua pasang kumis (babels), ukuran dan warna badan sangat beragam.

4. Ikan Lidah (Cynoglossus bilineatus)
Dari hasil praktikum diperoleh bahwa bentuk tubuh ikan lidah nonbilateral simetris. Hal ini sesuai dengan literatur Sari (2006), bahwa ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya ada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801)) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus) (Lacepède, 1802).
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa ikan lidah tidak mempunyai sirip dada, dan memiliki tipe mulut yang inferior. Hal ini sesuai dengan literatur Sari (2006),  bahwa mata ikan lidah terletak pada satu sisi dari badan sebelah kiri. Badan berwarna merah kecoklatan pada sisi yang bermata. Sirip ekor bersambung dengan sirip dubur dan sirip punggung. Ikan lidah tidak mempunyai sirip dada sedangkan sirip dubur berhubungan dengan sirip perut.
        






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

·         Panjang makimum ikan lidah 450 mm. Pada umumnya mempunyai dua gurat sisi, terdapat 12 – 14 sisik  antara gurat sisi, sudut mulut lebih dekat ke arah moncong dari pada ke arah tutup insang, 10 jari jari pada sirip ekor
·         Ikan gurami memiliki sungut, tutup insang, sisik, sirip dada sepasang, sirip perut, sirip ekor, sirip punggung sirip anus, dan duri mata pisau. Tetapi, ikan gurami tidak memiliki duri pelindung, gurat sisi, finlet, scute, korselet, duri mata pisau dan keel.
·         Ikan sarden memiliki tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip dada sepasang, sirip perut, sirip punggung, sirip ekor, sirip anus, scute, keel dan duri mata pisau. Tetapi, ikan sarden tidak memiliki finlet, scute, dan korselet.
·         Ikan lidah memiliki tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip punggung, sirip perut, sirip ekor, dan sirip anus. Tetapi ikan lidah tidak memiliki sungut, sirip dada, finlet, keel, scute, korselet, duri mata pisau dan duri pelindung.
·         ikan mas memiliki sungut, tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip dada sepasang, sirip perut, sirip ekor, sirip punggung sirip anus, dan duri mata pisau. Tetapi, ikan mas tidak memiliki duri pelindung, finlet, scute, korselet, duri mata pisau dan keel.
·         Ikan mas memiliki bentuk tubuh bilateral simetris dan pipih, mata berada di kanan dan kiri, mulut merupakan tipe terminal dengan lubang hidung monorhinous dan kepala tumpul dan bersisik.

5.2 Saran
            Adapun saran dari praktikum ini adalah usahakan kondisi ikan itu agar tetap segar sebelum di identifikasi. Pemilihan bentuk dan jenis ikan diusahakan yang baik dan paling segar.


DAFTAR PUSTAKA

Barus T.A dan Hesti wahyiningsih. 2006. Ikhtiologi. Usu-press, Medan.

Fatkhomi. 2009.ekologi ikan. http://www.habitat-ikan09.pdf [30 september 2012].

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.

Rahardjo.M.F dkk, 2011. Ikhtiology, Lubuk Agung, Jakarta.

Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas   Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sari, Citra. 2006. Kebiasaan Makan Ikan Lidah Di Perairan Ujung Pangkah Jawa Timur. repositoryipb.ac.id [30 September 2012].

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi.  Departemen Biologi FMIPA USU, Medan.



5 komentar: