Total Tayangan Halaman

Sabtu, 11 Juli 2015

HATCHERY UDANG VANNAME

MANAJEMEN TEKNOLOGI HATCHERY  UDANG Vanname DI PT SURYA WINDU PERTIWI KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

1. Water Management System


Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas perikanan ekonomis penting dikarenakan secara umum peluang usaha budidaya udang vaname tidak berbeda jauh dengan peluang usaha udang jenis lainnya. Sebab pada dasarnya udang merupakan komoditi ekspor andalan pemerintah dalam menggaet devisa. Hal ini menjadi salah satu latar belakang PT Surya Windu Pertiwi mengembangkan kegiatan hatchery di berbagai wilayah Indonesia, yakni: di Kota Pane, Lampung, Aceh dan Kota Pari.
 Yustianti dkk., (2013) menyatakan bahwa udang L. vannamei berasal dari perairan Amerika dan mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Sampai saat ini komoditas vanname sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia dan telah berhasil dikembangkan oleh para pembudidaya vanname. Hal tersebut didukung oleh regulasi dan program kerja pemerintah terkait dengan didirikannya hatchery (balai benih) udang diberbagai daerah untuk memenuhi permintaan pasar. Dengan adanya hatchery (balai benih) udang dapat membantu kebutuhan para petani tambak karena ketersediaan benur dari alam sangat terbatas. PT Surya Windu Pertiwi memiliki 12 hatchery di seluruh Indonesia yang tergabung dalam group perusahaan CP Prima dengan produksi 1 milyar per bulan.
Dalam proses pembenihan udang Vanname dibutuhkan teknik manajemen air yang baik, diantaranya:
·            Sumber air untuk pembenihan diambil dari air laut dengan memasukkannya melalui filter yang berisi batu, pasir, dan arang. Diharapkan secara fisik air untuk pembenihan merupakan  air yang sudah jernih. Diharapkan pH air 8,2 dengan suhu 300 C dan salinitas 29-32 ppm.
·            Dilakukan ozonisasi untuk membunuh bakteri yang terdapat dalam air dengan menggunakan mesin ozon (O3), jika mesin ozon dalam keadaan rusak maka digunakan kaporit sebagai oksidator.
·            Untuk mempercepat proses penyaringan air yang berisi karbon aktif maka digunakan preasure filter (filter bertekanan).
·            Aerasi sangat penting dilakukan untuk menjaga kandungan oksigen terlarut dalam air. Aerasi dilakukan dengan memasukkan udara melalui penyaringan dan diberi lampu UV.

2. Pemeliharaan Larva atau Naupli
            Untuk menghasilkan larva/naupli yang baik maka dibutuhkan induk yang baik pula. PT Surya Windu Pertiwi memperoleh induk Vanname langsung di impor dari perusahaan induk, yaitu: Hawai, Singapura dan Florida.  Perusahaan induk tersebut yang membuat induk sendiri (breeding centre) yang kemudian dikirim ke cabang-cabang hatchery di berbagai daerah yang salah satunya adalah PT Surya Windu Pertiwi. Dengan demikian perlu diperhatikan pemeliharaan induk seperti:
·         Pakan induk vanname berupa cumi-cumi, creel, artemia biomass dan cacing laut, dimana khusus untuk pakan cumi-cumi dan creel sebelum diberikan untuk dimakan dicacah terlebih dahulu. Pakan cumi-cumi dan creel merupakan impor sedangkan pakan artemia biomass dihasilkan sendiri oleh PT Surya Windu Pertiwi. Calon induk adalah induk yang yang telah dipilih melalui perusahaan induk yang merupakan induk terbaik sebelum jadi induk untuk hatchery.
·         Pergantian air sekitar 300 % per hari yang selalu dilakukan secara rutin.
·         Pencampuran dengan induk dilakukan 4-5 bulan yang dikawinkan ketika berat induk 50 gram.
·         Ketika betina sudah bertelur segera dipindahkan ke dalam spawning tank, kemudian telur akan menetas kurang lebih 12 jam.
·         Induk menghasilkan 150.000 naupli dalam 1 bulan dan dalam 1 bulan tersebut penetasan terjadi tiga kali.
Telur yang menetas adalah naupli dan perlu dilakukan pemeliharaan terhadap naupli tersebut, yaitu sebagai berikut:
·         Dibersihkan nauplinya dalam holding tank.
·         Dalam pemeliharaan larva/ naupli perlu diperhatikan pakan yang layak untuk berikan seperti: artemia dan alga.
·         Ketika vanname berada dalam post larva maka ditransfer ke fry production, kemudian zoea ditebar (3-4 hari) yang diberi pakan algae. Proses naupli sampai dengan post larva berlangsung selama 6-7 hari.
·         post larva dihitung berdasarkan hari, dimana post larva dipanen pada saat semua kaki dan organ sudah lengkap.
·         pakan yang diberikan untuk fase larva yakni: algae, pakan buatan dan artemia selama 18 hari. 1 juta ekor larva membutuhkan pakan 9-10 kilogram per hari dan artemia 3 kilogram per hari.
·         SR vanname biasanya 50 % namun jika musim bagus bisa mencapai 60 %

3. Permasalahan di Hathery
            PT Surya Windu Pertiwi pernah menghadapi berbagai permasalahan dalam manajemen hatchery baik dalam manajemen air maupun pemeliharaan benih dan induk.
a.       Dalam manajemen air pihak balai benih sering kali kesusahan mendapatkan air yang jernih karena pada umumnya air di pantai cermin keruh sehingga dalam menjernihkan airnya perlu diendapkan. Dalam mengatasi masalah tersebut pihak balai benih mengendapkan air selama 24 jam di bak pengendapan. Selain itu dalam pergantian musim, jika salinitas meningkat maka ditambahi air tawar dan jika salinitas menurun maka ditambahi garam.
b.      Timbulnya penyakit seperti white spot, sydrom taura, IMNV dan virus yang berbahaya bagi vanname. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihak balai benih membuat kebijakan bahwa vanname yang terkena bakteri atau virus langsung dibuang dan apabila hanya mengalami stress segera diberikan formalin dan air tawar. Tindakan lain untuk mencegah timbulnya penyakit adalah dengan memberikan probiotik agar sisa metabolisme terurai dan tidak menjadi racun. Selain itu, probiotik juga bermanfaat sebagai kompetitor terhadap patogen.

            PT Surya Windu Pertiwi memasarkan benih siap jual dengan ukuran 8 milli dengan cara penjualan Rp 35/ekor. Pembeli benih udang vanname masih petambak yang ada di Sumatera Utara dengan perjalanan kurang lebih 12 jam agar benih tidak stress.

2 komentar: