MANAJEMEN
TEKNOLOGI HATCHERY UDANG Vanname
DI PT SURYA WINDU PERTIWI KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
1.
Water Management System
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan
salah satu komoditas perikanan ekonomis penting dikarenakan secara umum peluang
usaha budidaya udang vaname tidak berbeda jauh dengan peluang usaha udang jenis
lainnya. Sebab pada dasarnya udang merupakan komoditi ekspor andalan pemerintah
dalam menggaet devisa. Hal ini menjadi salah satu latar belakang PT Surya Windu
Pertiwi mengembangkan kegiatan hatchery
di berbagai wilayah Indonesia, yakni: di Kota Pane, Lampung, Aceh dan Kota
Pari.
Yustianti
dkk., (2013) menyatakan bahwa udang L. vannamei berasal dari perairan
Amerika dan mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Sampai saat ini komoditas
vanname sudah menyebar ke seluruh
wilayah Indonesia dan telah berhasil dikembangkan oleh para pembudidaya vanname. Hal tersebut didukung oleh
regulasi dan program kerja pemerintah terkait dengan didirikannya hatchery (balai benih) udang diberbagai
daerah untuk memenuhi permintaan pasar. Dengan adanya hatchery (balai benih) udang dapat membantu kebutuhan para petani
tambak karena ketersediaan benur dari alam sangat terbatas. PT Surya Windu
Pertiwi memiliki 12 hatchery di seluruh
Indonesia yang tergabung dalam group perusahaan CP Prima dengan produksi 1
milyar per bulan.
Dalam proses pembenihan udang Vanname dibutuhkan teknik manajemen air yang baik, diantaranya:
·
Sumber air untuk pembenihan diambil dari
air laut dengan memasukkannya melalui filter yang berisi batu, pasir, dan
arang. Diharapkan secara fisik air untuk pembenihan merupakan air yang sudah jernih. Diharapkan pH air 8,2
dengan suhu 300 C dan salinitas 29-32 ppm.
·
Dilakukan ozonisasi untuk membunuh
bakteri yang terdapat dalam air dengan menggunakan mesin ozon (O3),
jika mesin ozon dalam keadaan rusak maka digunakan kaporit sebagai oksidator.
·
Untuk mempercepat proses penyaringan air
yang berisi karbon aktif maka digunakan preasure
filter (filter bertekanan).
·
Aerasi sangat penting dilakukan untuk
menjaga kandungan oksigen terlarut dalam air. Aerasi dilakukan dengan
memasukkan udara melalui penyaringan dan diberi lampu UV.
2.
Pemeliharaan Larva atau Naupli
Untuk menghasilkan larva/naupli yang
baik maka dibutuhkan induk yang baik pula. PT Surya Windu Pertiwi memperoleh
induk Vanname langsung di impor dari
perusahaan induk, yaitu: Hawai, Singapura dan Florida. Perusahaan induk tersebut yang membuat induk
sendiri (breeding centre) yang
kemudian dikirim ke cabang-cabang hatchery
di berbagai daerah yang salah satunya adalah PT Surya Windu Pertiwi. Dengan
demikian perlu diperhatikan pemeliharaan induk seperti:
·
Pakan induk vanname berupa cumi-cumi, creel, artemia biomass dan cacing laut,
dimana khusus untuk pakan cumi-cumi dan creel
sebelum diberikan untuk dimakan dicacah terlebih dahulu. Pakan cumi-cumi dan creel merupakan impor sedangkan pakan
artemia biomass dihasilkan sendiri oleh PT Surya Windu Pertiwi. Calon induk
adalah induk yang yang telah dipilih melalui perusahaan induk yang merupakan
induk terbaik sebelum jadi induk untuk hatchery.
·
Pergantian air sekitar 300 % per hari
yang selalu dilakukan secara rutin.
·
Pencampuran dengan induk dilakukan 4-5
bulan yang dikawinkan ketika berat induk 50 gram.
·
Ketika betina sudah bertelur segera
dipindahkan ke dalam spawning tank,
kemudian telur akan menetas kurang lebih 12 jam.
·
Induk menghasilkan 150.000 naupli dalam
1 bulan dan dalam 1 bulan tersebut penetasan terjadi tiga kali.
Telur yang menetas
adalah naupli dan perlu dilakukan pemeliharaan terhadap naupli tersebut, yaitu
sebagai berikut:
·
Dibersihkan nauplinya dalam holding tank.
·
Dalam pemeliharaan larva/ naupli perlu
diperhatikan pakan yang layak untuk berikan seperti: artemia dan alga.
·
Ketika vanname berada dalam post larva maka ditransfer ke fry production, kemudian zoea ditebar
(3-4 hari) yang diberi pakan algae. Proses naupli sampai dengan post larva berlangsung
selama 6-7 hari.
·
post larva dihitung berdasarkan hari,
dimana post larva dipanen pada saat semua kaki dan organ sudah lengkap.
·
pakan yang diberikan untuk fase larva
yakni: algae, pakan buatan dan artemia selama 18 hari. 1 juta ekor larva
membutuhkan pakan 9-10 kilogram per hari dan artemia 3 kilogram per hari.
·
SR vanname biasanya 50 % namun jika
musim bagus bisa mencapai 60 %
3.
Permasalahan di Hathery
PT Surya Windu Pertiwi pernah
menghadapi berbagai permasalahan dalam manajemen hatchery baik dalam manajemen air maupun pemeliharaan benih dan induk.
a. Dalam
manajemen air pihak balai benih sering kali kesusahan mendapatkan air yang
jernih karena pada umumnya air di pantai cermin keruh sehingga dalam
menjernihkan airnya perlu diendapkan. Dalam mengatasi masalah tersebut pihak
balai benih mengendapkan air selama 24 jam di bak pengendapan. Selain itu dalam
pergantian musim, jika salinitas meningkat maka ditambahi air tawar dan jika salinitas
menurun maka ditambahi garam.
b. Timbulnya
penyakit seperti white spot, sydrom taura, IMNV dan virus yang berbahaya bagi
vanname. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihak balai benih membuat kebijakan
bahwa vanname yang terkena bakteri
atau virus langsung dibuang dan apabila hanya mengalami stress segera diberikan
formalin dan air tawar. Tindakan lain untuk mencegah timbulnya penyakit adalah
dengan memberikan probiotik agar sisa metabolisme terurai dan tidak menjadi
racun. Selain itu, probiotik juga bermanfaat sebagai kompetitor terhadap
patogen.
PT Surya Windu Pertiwi memasarkan
benih siap jual dengan ukuran 8 milli dengan cara penjualan Rp 35/ekor. Pembeli
benih udang vanname masih petambak
yang ada di Sumatera Utara dengan perjalanan kurang lebih 12 jam agar benih
tidak stress.
pemesanan ke mana ya?
BalasHapusBos krm alamat dan no hp nya..
BalasHapus